Bambu, atau yang dikenal dengan pring dalam Bahasa Jawa memiliki banyak manfaat, seperti perlengkapan boga, peralatan rumah tangga, konstruksi, peralatan instrumen musik dan lainnya. Namun, meski bambu termasuk tanaman paling cepat tumbuh, tidak semua daerah di Jawa Timur terdapat pohon bambu.
Desa Mojotrisno, Jombang merupakan salah satu desa yang memiliki kekayaan sumber daya alami bambu. Bahkan kampungnya hampir dikelilingi oleh tanaman bambu. Mengetahui hal tersebut, Arsitek Universitas Kristen (UK) Petra bersama komunitas Sahabat Bambu menggelar workshop pemberdayaan potensi bambu tersebut.
“Kami menggelar joint workshop dengan membuat gazebo sebagai tempat bersantai warga. Tema yang diangkat adalah Desain Bambu Konstruksi Lengkung”, kata Dosen Prodi Arsitektur UK Petra Bram Michael Wayne, S.T., M.Ars.
Ia mengatakan rangkaian program ini merupakan bagian studi lapangan dari mata kuliah Service Learning Klinik Arsitektur. Pihaknya memilih Desa Mojotrisno karena adanya potensi Sumber Daya Alami bambu yang cukup banyak. Bahkan desa tersebut pernah meraih penghargaan Desa Berseri (Berseri dan Lestari) tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2021 untuk kategori Pratama.
Sayangnya kekayaan dan prestasi tersebut tidak didukung dengan pemanfaatan bambu yang berkelanjutan. Sehingga bambu-bambu tersebut selama ini kurang dimanfaatkan untuk pembangunan atau branding desa wisata.
“Pada tahap awal ini kami membuat gazebo menggunakan teknik bambu lengkung. Dengan berbahan bambu yang ukurannya 4 meter x 7 meter dengan ketinggian mencapai 3 meter,” kata dia.
Program yang diikuti oleh 20 Mahasiswa Arsitektur UK Petra bersama Sahabat Bambu ini rencananya dengan menyediakan public space sebagai tempat bermain anak-anak, ronda hingga pameran batik.
Ia berharap dengan pembelajaran studi lapangan ini para mahasiswa bisa langsung paham mengenai sifat bambu yang unik dan sangat kaya di Indonesia ini. Sehingga bisa dijadikan alternatif desain yang lebih bervariasi dan tereksplorasi kedepannya bagi mahasiswa.
“Para mahasiswa juga akan belajar cara menghasilkan karya bermanfaat bagi warga desa dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya”, papar Wayne yang juga koordinator program studi lapangan ini.
Salah satu Mahasiswa Arsitektur UK Petra Aurelia Agraputri mengaku cukup kesulitan dalam membangun bentuk lengkungan bambu. Pihaknya bersama tim telah memberi sayatan segitiga pada bambunya agar tersegmen. Bahkan selama proses penyayatan dibutuhkan cara khusus agar bambu bisa melengkung dengan baik tanpa patah dan tahan lama.
Sehingga sebelum membuat secara nyata gazebo ini, para mahasiswa membuat maket skala 1:1 mengenai ide desain. Maket ini sebagai sebagai prototipe bentuk dan replika sistem pembuatannya.
“Dari lima maket yang kami buat, terdapat satu maket yang dipilih warga, yakni Gazebo Sekala atau singkatan dari Sentra Edukasi Batik Warna Alam, bentuknya seperti daun melengkung,” kata dia.
Perlu diketahui, selain didampingi oleh Wayne, studi lapangan yang dilakukan mahasiswa ini juga didampingi oleh Altrerosje Asri, S.T., M.T., yang juga dosen di UK Petra. Fiy.