Permasalahan bangunan tidak berpenghuni banyak ditemukan di Kota Surabaya. Bangunan tersebut bukan hanya bangunan cagar budaya, melainkan rumah-rumah warga, tapi juga gedung-gedung besar.
Arsitektur Komunitas (Arkom) Jawa Timur menyoroti kondisi tersebut dan menyebut bangunan tidak berpenghuni tersebut sebagai bangunan mangkrak.
“Oleh sebab itu, arsitek bersama komunitas warga dan beberapa pihak fokus menangani kondisi tersebut,” kata salah satu anggota Arkom Athi’i Izzatillah Tazkiyati.
Salah satu bangunan yang tengah menjadi perhatian Arkom Jatim adalah rumah tua di Jl. Tambak Bayan Tengah No. 39-41. Bangunan ini pula menjadi tempat diskusi pemetaan bangunan mangkrak yang ada di Kota Pahlawan ini.
Pada Sabtu 18 Juni 2022 lalu, Arkom Jatim menggelar diskusi dengan pembahasan “Bangun Ulang, Menolak Mangkrak” yang dihadiri oleh berbagai narasumber, yakni: Pemanfaat Bangunan Kosong Tambak Bayan, Seno, Arsitek Re-design Bangunan Mangrak Fikri Izza, dan Pemanfaat Bangunan Kosong Bebe.
“Pada sabtu kemarin fokus pada pemanfaatan bangunan mangkrak, dan salah satunya kami membahas rumah Tambak Bayan Tengah ini,” kata alumni Arsitek ITS angkatan 2014 ini.
Menurutnya, rumah mangkrak yang sudah dimanfaatkan warga sebagai tempat diskusi dan acara perayaan imlek ini masih membutuhkan perhatian. Pastinya membutuhkan perawatan dan pemanfaatan bangunan lebih masif dan nyaman untuk masyarakat setempat.
Diskusi selanjutnya dilakukan pada Minggu 19 Juni 2022 yang diskusi tentang Efisiensi Bangunan dalam Kota bersama Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) sekaligus Justify for Climate and Urban Resilience (CeCUR), Dr. Ir, Hj. Retno Hastijanti, Jurnalis Reno Surya, Ikatan Arsitektur Indonesia, Ir. Andy Mappajaya dan Dosen Arsitektur Untag Surabaya, Tigor W.S. Panjaitan.
“Rangkaian diskusi ini sebagai awalan kolaborasi berbagai komunitas, masyarakat dan pemerintah untuk lebih aware di isu ini, kami mengajak mereka untuk memberikan dampak lebih besar,” kata dia.
Ide ini tercetus bersamaan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, Arkom Jatim bersama para pegiat isu kota melihat dua fenomena unik. Pertama adalah banyaknya bangunan mangkrak dan kedua yakni adanya permasalahan tempat tinggal yang dialami oleh masyarakat tertentu. Dengan tagline “Mangkrak Menolak Jadi Residu Kota”, Arkom Jatim memunculkan pengetahuan bersama terkait solusi alternatif terhadap kondisi mangkrak tersebut.
Melalui kegiatan diskusi ini, Arkom berharap komunitas, pemerintah, akademisi dan warga bisa bertukar pikiran dan menjadi landasan riset kolaboratif dalam memetakan definisi bangunan mangkrak di Kota Surabaya. Tentunya dengan diskusi ini bisa meningkatkan kesadaran mengenai dampak-dampak krisis iklim dan urbanisasi di Kota Pahlawan. Fiy.