A.A.I Prihandari Satvikadewi
Literasi AI, atau pemahaman tentang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), menjadi semakin penting di era di mana teknologi AI semakin meresap ke berbagai aspek kehidupan manusia. Burgsteiner et al. (2016) dan Kandlhofer et al. (2016) mendefinisikan literasi AI sebagai kemampuan untuk memahami teknik dan konsep dasar di balik AI dalam berbagai produk dan layanan. Sejumlah peneliti mengaitkan literasi AI dengan kemampuan, kepercayaan diri, dan kesiapan yang dirasakan dalam mempelajari AI. Yang jelas, literasi AI memungkinkan individu untuk memahami teknologi yang mereka gunakan sehari-hari dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengoptimalkan produktivitas.
Literasi AI itu berarti apa? Wan et. al (2020) mengatakan setidaknya ada empat hal utama yang harus dikuasai. Pertama, Mengetahui dan memahami AI (Know & understand AI), yang berarti mengetahui fungsi dasar AI dan cara menggunakan aplikasi AI. Kedua, Menggunakan dan mengaplikasikan AI (Use & Apply AI), yang dimaksud di sini adalah menerapkan pengetahuan, konsep, dan aplikasi AI dalam skenario yang berbeda. (misalnya mengaplikasikan k-means clustering dalam konteks sains, mengeksplorasi hubungan pemetaan antara fitur wajah dan nilai data dan mengaplikasikan konsep untuk dihadapkan (brainstorm) dengan objek lain seperti Lego. Yang ketiga, Mengevaluasi dan menciptakan AI (Evaluate & create AI), ini merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), yang meliputi antara lain merancang aplikasi permainan. Yang ke-empat, Etika AI (AI ethics), artinya orang yang memiliki literasi AI adalah orang yang memiliki pertimbangan yang berpusat pada manusia dalam prosesnya mengaplikasikan, mengevaluasi, menciptakan dan memanfaatkan AI. Termasuk di dalamnya pertimbangan-pertimbangan tentang nilai keadilan, akuntabilitas, transparansi, moralitas, keamanan, penghormatan terhadap hak asasi manusia dan non diskriminasi.
Dengan pemahaman tentang cara kerja algoritma, machine learning, dan teknik AI lainnya, orang dapat membuat keputusan yang lebih informasional tentang penggunaan teknologi ini. Literasi AI membantu meningkatkan kesadaran tentang implikasi etika yang terkait dengan pengembangan dan penggunaan teknologi AI. Individu yang memiliki pemahaman tentang masalah seperti bias algoritma, privasi data, dan pengaruh sosial AI akan lebih mampu menggunakan AI secara bertanggung jawab.
Literasi AI juga akan bermanfaat bagi pekerjaan dan karier. Keterampilan literasi AI dapat membuka peluang dalam berbagai bidang pekerjaan, termasuk di antaranya pada bidang seperti analisis data, pengembangan aplikasi AI, dan pengelolaan proyek teknologi. Individu yang paham tentang AI akan lebih mampu mengevaluasi produk-produk teknologi AI, memecahkan masalah yang mungkin muncul, dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang mereka peroleh. Pemahaman tentang AI memungkinkan pelaku bisnis untuk mengidentifikasi peluang inovasi untuk mengoptimalkan proses bisnis, menganalisis data pelanggan, atau mengembangkan produk baru, perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif.
Pada tataran pembuatan kebijakan, literasi AI memungkinkan partisipasi yang lebih efektif dalam diskusi dan pembuatan kebijakan terkait regulasi teknologi. Individu yang paham tentang AI dapat memberikan masukan berharga dalam pengembangan pedoman dan regulasi yang mengatur penggunaan teknologi AI sehingga tidak merugikan masyarakat. Dengan pemahaman tentang bagaimana algoritma dan mesin pencari bekerja, orang dapat menjadi lebih kritis dalam mengevaluasi informasi yang mereka temui secara online. Literasi AI membantu orang memahami bagaimana informasi tersebar dan dapat membantu mengurangi risiko penyebaran berita palsu.
Dengan kata lain, literasi AI dibutuhkan masyarakat agar dapat beradaptasi lebih baik dengan perubahan teknologi yang cepat dan mendukung penggunaan teknologi AI secara bijak dan etis.
Brent A. Anders (2020) mengatakan, saat ini AI menjadi keterampilan dasar bagi semua orang, bukan hanya untuk ilmuwan komputer. Selain keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan digital, literaksi AI wajib dikuasai oleh setiap pelajar, juga setiap orang dalam pengaturan kerja dan kehidupan sehari-hari. Literasi AI bukan sekedar kemampuan numerik dan kalkulasi, karena kalkulasi tidak sama dengan intelejensi. Literasi AI justru menjadi dasar bagi kemampuan yang lebih tinggi yakni kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan kemampuan untuk berkesadaran kritis (critical awareness). Dasar literasi AI ini harus mulai dipertimbangkan untuk masuk dalam kurikulum pendidikan formal, termasuk di dalamnya kemampuan untuk:
1. Memahami konsep dasar AI, seperti apa itu kecerdasan buatan, bagaimana algoritma bekerja, dan perbedaan antara AI, machine learning, dan deep learning. Memelajari istilah-istilah umum yang terkait dengan AI, seperti neuron, model, pelatihan, evaluasi, dan validasi.
2. Belajar Konsep Machine Learning, di mana komputer dapat belajar dari data dan membuat prediksi atau keputusan berdasarkan pola yang ditemukan. Mulai mengenal jenis-jenis machine learning, seperti supervised learning, unsupervised learning, dan reinforcement learning.
3. Mengenal Alat dan Bahasa Pemrograman yang umum digunakan dalam pengembangan AI, seperti Python yang memiliki banyak pustaka dan kerangka kerja (framework) yang mendukung pengembangan AI, seperti TensorFlow, PyTorch, dan scikit-learn.
4. Pelajari Konsep Deep Learning, sebagai cabang dari machine learning yang menggunakan jaringan saraf tiruan untuk menyelesaikan masalah kompleks. Pelajari konsep dasar tentang jaringan saraf, layer, aktivasi, dan backpropagation.
5. Eksplorasi Kasus Penggunaan AI, dengan mempelajari berbagai contoh kasus penggunaan AI dalam berbagai industri, seperti pengenalan wajah, analisis teks, mobil otonom, dan lainnya. Belajar memahami bagaimana AI digunakan untuk mengatasi masalah tertentu dan apa dampaknya pada kehidupan sehari-hari.
Mengingat cepatnya pertumbuhan dan perkembangan teknologi AI, maka untuk mencapai kemampuan critical thinking dan critical awareness dalam pemanfaatan AI, masyarakat perlu juga didorong untuk mengikuti perkembangan terbaru dalam bidang AI secara informal. Misalnya dengan membaca artikel, blog, dan publikasi ilmiah terkait AI, atau bergabung dalam Komunitas AI di mana merekea dapat bertukar pikiran, bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Terlibat dalam proyek kelompok atau tim yang fokus pada pengembangan solusi AI juga bisa menjadi pilihan, agar individu mendapatkan pengalaman kolaboratif dan mendalam dalam mengaplikasikan konsep AI untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengoptimalkan produktivitas.
*Penulis adalah Akademisi, Program Studi Ilmu Komunikasi Untag Surabaya